LAPORAN HASIL OBSERVASI MUSEUM SASANA WIRATAMA YOGYAKARTA
Makalah
Disusun oleh:
Sugiono Benny Sihombing (09407141026)
Aliyusfendi (09407141027)
Sugiarto (09407141017)
Tri Yuli S (09407141007)
Tuti Rahayu (09407141008)
PRODI ILMU SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Berdasarkan data, angka kunjungan ke museum belum begitu menggembirakan, Hanya 2% penduduk kota-kota besar di Indonesia tertarik berkunjung ke museum di kota mereka. Karena itu dalam Tahun Kunjungan Museum 2010 ini, perlu dibuat berbagai terobosan.
Museum harus tampil beda, muncul dengan new brand. Kesan museum di masyarakat umumnya selama ini, tidak atraktif, tidak aspiratif, tidak menghibur, dan pengelolaannya seadanya. Keberadaan museum belum mampu menunjukkan nilai-nilai koleksi yang tersimpan kepada publik. Sumber daya manusia di museum pun masih perlu ditingkatkan kemampuannya. Kondisi ini diperparah pula penyelenggara pariwisata yang kurang berpihak pada museum, karena museum dinilai belum bisa dijadikan destinasi yang potensial. Pengelola museum harus mulai berupaya menjadikan museum sebagai rumah memelihara pikiran-pikiran yang tetap hidup daripada sekadar kuburan barang rongsokan. Hanya dengan demikian, museum dapat menjadi tempat belajar dan pencerahan bagi manusia, sekaligus tempat yang menyenangkan. Museum juga harus dijadikan pusat industri budaya, tempat kontemplasi yang inspirasional pemicu munculnya karya kreatif. Museum menjadi bagian industri kreatif. Perlu muncul new brand, sebuah inisiatif yang bertujuan pada peningkatan awareness masyarakat terhadap museum. Kemas potensi museum secara menarik, atraktif, dan kekinian. Mengingat pengalaman sejarah maupun artefak yang tersimpan di museum dapat dipelajari beragam hal, untuk diambil nilai-nilainya yang positif bagi kehidupan masa kini, maka harus diposisikan museum juga sebagai inspirator dan motivator bagi masyarakat untuk mengambil hal-hal yang bernilai dari masa lalu yang dimanfaatkan pada masa kini.
PEMBAHASAN
Sejarah Museum Sasana Wiratama
Museum ini terletak di daerah Tegal Rejo. Museum ini sebelumnya merupakan tempat kediaman Pangeran Diponegoro dan lokasi tempat museum ini berada juga merupakan milik Kraton Kasultanan Yogyakarta. Benda-benda yang terdapat di museum ini merupakan sebagian hibah dari masyarakat sekitar. Dana untuk pembenahan museum ini berasal dari Museum Pusat Jakarta / BARAHMUS (Badan Musyawarah Museum). Petugas di museum ini mayoritas ABRI. Didalam museum ini menceritakan tentang perjuangan Pangeran Diponegoro melawan para penjajah. Terdapat juga anak panah pelengkap perang milik Pangeran Diponegoro didalam museum ini (berbagai macam anak panah yang digunakan Pangeran Diponegoro untuk mengusir penjajah), sedangkan Tentara Belanda menggunakan senapan lantak.
Struktur Organisasi
Museum : SASANA WIRATAMA
Pimpinan : Sersan I Sudiono
Wakil : Tajib
Tata Usaha : Slamet
Konservator : Slamet
Preservator : Slamet
Kurator : Purwowaluyo
Penjelasan tentang museum
Pangeran Diponegoro Lahir di Kraton Yogyakarta pada tanggal 11 November 1785, bernama kecil Bandoro Raden Mas Ontowiryo dan setelah dewasa bergelar Kanjeng Pangeran Diponegoro merupakan putra sulung Raden Ayu Mangkorowati (putri Bupati Pacitan) selir dari Sri Sultan Hamengku Buwono III (HB III). Pangeran Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan kesetaraan dengan rakyat, sehingga Beliau lebih memilih tinggal di Desa Tegalrejo.
Terletak sekitar 4 kilometer dari pusat kota Jogja, tanah seluas 2,5 hektar yang awalnya dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, diserahkan oleh ahli waris Pangeran Diponegoro, Raden Ayu Kanjangteng Diponegoro, untuk dijadikan Monumen setelah menandatangani surat penyerahan bersama Nyi Hadjar Dewantara dan Kanjeng Raden Tumenggung Purejodiningrat. Di atas tanah yang kini menjadi milik Kraton Yogyakarta itu mulai pertengahan tahun 1968 hingga 19 agustus 1969 dibangun sebuah monumen pada bangunan pringgitan yang menyatu dengan pendopo tepat di tengah komplek yang diprakarsai oleh Mayjen Surono yang saat itu menjabat Panglima Kodam (PANGDAM) serta diresmikan oleh Presiden Suharto. Tempat ini kemudian dinamakan Sasana Wiratama yang artinya tempat prajurit.
Monumen Pangeran Diponegoro merupakan pahatan relief pada dinding pringgitan dengan panjang 20 meter dan tinggi 4 meter, menceritakan keadaan Desa Tegalrejo yang damai dan tentram, perang Pangeran Diponegoro melawan Pemerintahan Belanda hingga tertangkap di Magelang. Monumen ini dipahat oleh seniman patung Drs. Saptoto dari Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), dibantu Sutopo, Sokodiharjo, dan Askabul. Di kedua sisi monumen terdapat terdapat lukisan diri Pangeran di sebelah barat dan lukisan Pangeran sedang menunggang kuda hitam siap untuk berperang di sebelah timur. Melewati gerbang utama, berputar ke arah barat, pendopo dikelilingi oleh museum, tembok jebol, mess dan perpustakaan. Bangunan tambahan selain pendopo termasuk gerbang dibuat pada tahun 1970 hingga 1973 dipimpin Alm. Mayjen Widodo. Sedangkan tembok jebol merupakan peninggalan Pangeran Diponegoro beserta sebuah Padasan (tempat berwudlu Pangeran) yang terletak di depan pendopo serta Batu Comboran (tempat makan dan minum kuda-kuda Pangeran) di bagian tenggara pendopo. Di depan bangunan yang terletak di jalan H.O.S Cokroaminoto di Desa Tegalrejo, terdapat patung Letjen Urip Soemohardjo yang bertuliskan "Orde. Contre-Ordre. Desordre!" pada sisi timur serta Panglima Besar Jenderal Sudirman bertuliskan "Jangan Lengah" di sisi barat. Patung ini hanya perlambang sebagai suatu tempat untuk mengenang perjuangan Bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan. Setelah melewati gerbang terdapat sebuah dinding setinggi dua setengah meter lebih berbentuk seperti kubah mesjid di bagian atas bergambar sesosok raksasa melawan seekor naga. "Gambar tersebut bermakna Butho Mekso Basuki ning Bawono yang merupakan Suryo Sengkolo Memet, sengkalan yang memakai gambar" tutur Pak Budiman pada YogYES. Setiap Sengkalan yang telah diketahui artinya dibaca secara terbalik. Sengkalan yang berarti 5281 ini mempunyai makna 1825 sebagai tanda pecahnya perang Pangeran Diponegoro.
Koleksi Museum Diponegoro berjumlah 100 buah, yang terdiri dari berbagai senjata asli laskar Diponegoro mulai dari senjata perang, koin, batu akik hingga alat rumah tangga. Berbagai senjata seperti tombak, keris, pedang, panah, "bandil" (semacam martil yang terbuat dari besi), "patrem" (senjata prajurit perempuan), hingga "candrasa" (senjata tajam yang bentuknya mirip tusuk konde) yang biasa digunakan "telik sandi" (mata-mata) perempuan. Sedangkan sejumlah alat rumah tangga buatan tahun 1700-an yang terbuat dari kuningan terdiri dari tempat sirih dan "kecohan"-nya (tempat mebuang ludah), tempat "canting" (alat untuk membatik), teko "bingsing", bokor hingga berbagai bentuk "kacip" (alat membelah pinang untuk makan sirih). Di museum ini juga tersimpan dua senjata keramat, yaitu sebuah keris dengan lekukan 21 bernama Kyai Omyang, buatan seoranag empu yang hidup pada masa Kerajaan Majapahit dan pedang yang berasal dari Kerajaan Demak. Kedua senjata tersebut dipercaya dapat menolak bala. Selain itu juga terdapat sebuah patung Ganesha berukuran kecil, tali Kuda untuk menarik kereta kuda pemberian HB VIII, sepasang patung Loro Blonyo serta sepasang lampu hias. Di dalam pendopo bisa dilihat seperangkat alat gamelan milik HB II buatan tahun 1752 berupa ketipung (gendang kecil) dan wilahan boning penembung yang terbuat dari kayu dan perunggu berwarna merah dan kuning. Seluruh "wilahan" atau besinya masih asli, hanya kayu gamelan saja yang sudah diganti karena lapuk termakan usia. Juga terdapat sepasang meriam di depan serta satu meriam di sebelahtimur pendopo. Selain tembok jebol, Padasan dan Batu Comboran, peninggalan pangeran lainnya terdapat di Magelang (Kitab Al Qur'an, Cangkir dan Teko, Jubah Pangeran serta Empat Kursi Satu Meja), di Museum Satria Mandala Jakarta (Pelana Kuda dan Tombak) serta sebuah keris milik Pangeran yang belum dikembalikan dan masih disimpan di Belanda.
PENUTUP
Kesimpulan
Museum dalam masyarakat masa kini adalah fenomena yang kompleks, yaitu museum sebagai medium yang multifungsional. Museum masa kini identik dengan sebuah perusahaan yang dilengkapi sarana dan prasarana. Ruangan koleksi dalam museum perlu dikelola seteliti mungkin dengan perlengkapan teknologi mutakhir di bidang preservasi. Museum masa kini dilengkapi laboratorium konservasi dengan metode penyajian yang masa kini pula. Museum masa kini harus memperhatikan berbagai metode komunikasi dan pengumpulan data serta penyaluran informasi yang maksimal. Di sini orang di museum harus bicara tentang multifungsi museum dengan metode visualisasi dan interpretasi yang ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Seperti yang dikatakan oleh ahli museum Amerika Serikat, Paereker, yang menyatakan tugas utama museum untuk menafsirkan manusia, alam, dan hasil karyanya. Hal ini berarti museum berperan dalam membentuk cermin positif kebudayaan dan peradaban manusia. Kegiatan dalam museum masa kini memerlukan kegiatan riset yang merupakan suatu mata rantai yang tidak putus sebagai upaya untuk memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin kepada masyarakat. Museum masa kini tidak ada lagi yang merasa dirinya dapat berdiri sendri, tetapi semua museum di seluruh dunia sudah masuk suatu sistem jaringan hubungan kerja sebagai bidang kegiatan edukasi cultural.
`welcome to nemo's blog........
......TUGAS PENELITIAN MUSEUM......
Diposting oleh
.mo...mo....nemooooo.......
di
05.47
Jumat, 21 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
museium yang banyak arti sejarah
Rental mobil jogja
ternyata masih banyak peninggalan bersejarahnya yah k..
CvtuguJogja
Posting Komentar